Silahkan Melihat Karya-Karya yang Ada Pada Kami

Senin, 21 September 2009

Kisah Sebuah Pejuangan

Sekitar lima menit lagi segala perjuangan keluarga untuk menjadikan Andi seorang sarjana akan terwujud. Andi sangat senang karena berhasil lulus kuliah dan mendapat nilai tertinggi dibandingkan semua teman-teman seangkatannya. Keluarga sangat terharu saat tali toga yang dikenakan Andi dimiringkan ke kiri oleh dosennya sebagai tanda kelulusannya. “Saya sangat terharu Pak! Saya tidak menyangka tukang kue seperti saya bisa menyekolahkan anak sampai sarjana.”ungkap ibu dari Andi dengan penuh rasa bangga. “Saya juga Bu! Tidak disangka tukang becak seperti saya berhasil menyekolahkan anak sampai S1!”jawab suami dari wanita paruh baya yang sudah penuh uban di kepalanya itu. Semua rangkaian acara dilalui Andi sekeluarga dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan.


Saat di bus, ketika ingin pulang ke rumah, ayah, ibu, dan Sinta (adik perempuan Andi) tidak henti-hentinya mengucapkan selamat kepadanya. “Lalu bagaimana rencana kakak setelah ini?” tanya adik prempuan Andi. Andi menghela nafas sesaat dan berkata,”Sebenarnya sudah ada perusahaan berskala internasional yang menawarkan pekerjaan kepada kakak dan meminta kakak untuk dating bekerja mulai besok pagi, menurut Ayah, Ibu, dan kamu Sinta, apakah saya harus menerimanya?”dengan cepat Sinta menjawab,”Terima saja Kak! Rezeki jangan ditolak!”ayah pun menjawab,”Kalau menurut Ayah, terima saja asal itu cocok dengan kamu, rezeki jangan ditolak.” Dengan bijaksana ibu juga turut membenarkan perkataan suaminya,”Benar, terima saja kalau itu sesuai dengan apa yang menurut kamu baik.”Andi pun Menjawab,”Baik, kalau begitu akan saya terima.”


“Terima kasih Saudara Andi karena Anda mau bekerja di perusahaan ini. Saya sudah melihat segala prestasi yang Anda miliki selama jenjang kuliah, sehingga tidak perlu lagi saya ragukan kemampuan dan bakat yang Anda miliki. Anda akan saya tempatkan di bagian Marketting sebagai Manager dan tentunya segala fasilitas seperti rumah, mobil, apartemen akan diberikan sebagai penunjang pekerjaan Anda.”sambut salah satu direktur utama yang menerima Andi untuk bekerja di perusahaannya itu. “Terima kasih kembali Pak! Kalau boleh tahu, kapan saya mulai bisa bekerja?”tanya Andi dengan penuh rasa senang dan bahagia. “Mulai hari ini juga bisa langsung dimulai, saya sangat mengharapkan yang terbaik dari Saudara Andi untuk perusahaan ini.” jawab lelaki yang sudah cukup tua namun sangat berkharisma itu. Andi sangat bahagia dan tidak sabar untuk bercerita kepada keluarganya di rumah, “Terima kasih sekali lagi Pak Hendri, saya akan mulai langsung bekerja sekarang, selamat pagi!” Pak Hendri menjawab,”Selamat pagi Saudara Andi!”Andi pun keluar dari ruangan yang sangat luas dan nyaman itu dengan sangat senang dan penasaran ingin merasakan bagaimana suasana bekerja di kantor.


“Tapi bagaimanapun saya harus pergi ke sana karena ini proyek yang sangat besar dan tidak boleh dilewatkan hanya karena masalah sepele seperti itu! Nanti saya akan membelikan oleh-oleh kepada Ibu sebagai hadiah ulang tahun Ibu!” kata Andi kepada ibunya. “Tapi Kak Andi tidak boleh seperti itu! Kakak harusnya tidak boleh lebih mengutamakan pekerjaan dibandingkan Ibu!”sahut Sinta. “Tapi mau bagaimana lagi? Ini proyek yang sangat besar dan kalau sampai berhasil akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan kakak!”sahut Andi lebih keras kepada adiknya itu. ”Ya sudah kalau begitu Ibu tidak apa-apa kok, kamu urus saja pekerjaan kamu dulu, Di.”jawab ibu.


Akhirnya Andi pun pergi ke negeri Paman Sam yang tersohor itu untuk menjalankan bisnisnya yang kian hari kian besar saja. “Thank you Mr. Jefferson for your agreement, I will very happy have a business partner like you, ok now I will go to my office for set anything, good afternoon!”kata Andi untuk menyelesaikan presentasinya di hadapan rekan bisnisnya yang ada di Amerika Serikat. Sesampainya Andi di apartemen nya yang ada di pusat kota negeri adidaya itu dia langsung menyalakan laptop dan mengakses internet untuk melihat keadaan saham yang dimilikinya di bursa perdagangan Indonesia, dan dia sangat senang karena sahamnya naik beberapa persen dan dia tentu akan mendapatkan keuntugan yang sangat besar dari kenaikan sahamnya itu. Dia langsung mendapat telepon dari salah seorang asisten yang membantunya dalam hal mengurusi saham-saham yang dia miliki dan memberitahunya bahwa dia akan mendapat keuntungan sekitar 12-15 miliar rupiah akibat kenaikan sahamnya itu. Andi sangat senang dan berniat untuk mengembangkan sayap perusahaan yang telah menadi miliknya itu akibat usaha kerasnya itu dalam hal komunikasi di Indonesia yaitu di bidang pertelevisian dengan membangun sebuah stasiun televisi. Dia mulai membicarakan hal ini dengan asistennya yang lain yang berkaitan dengan hal ini. “Saya sangat setuju dengan rencana Bapak karena menurut saya jaringan televise ini sangat memberi keuntungan yang besar dan Anda akan cepat balik modal.”kata asistennya itu lewat telepon. “Saya juga berpendapat seperti itu karena sudah banyak orang yang membangun stasiun televisi dan usahanya semakin maju, mjadi saya berminat untuk membangn sebuah stasiun televisi.”jawab Andi. Andi mulai menghubungi satu persatu rekan bisnisnya untuk membantunya dalam mengembangkan salah satu dari proyek barunya itu.


“Bagaimana Pak John? Apakah Anda setuju bekerja sama dengan perusahaan kami?”tanya Andi kepada salah satu rekan bisnisnya yang ada di Indonesia melalui telepon genggamnya. “Baik Pak Andi saya sangat setuju dan senang bekerja sama dengan perusahaan bonavit seperti perusahaan Pak Andi, seminggu lagi saya akan dating ke kantor Anda untuk menandatangani kontrak kerjasama itu.”jawab rekan bisnisnya itu.” Terima sekali Pak John saya akan sangat senang dapat bekerja sama dengan Anda, kalu begitu sekian dulu nanti akan saya hubungi lagi, selamat siang, terima kasih.”jawab Pak John,”Terima kasih kembali Pak Andi.”


“Kak Andi sudah lupa dengan keluarganya sendiri! Dia lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarganya sendiri!”marah Sinta di hadapan orangtuanya. “Padahal inikan hhari ulang tahun Ibu, tapi dia malah sibuk dengan urusan bisnisnya itu!”lanjut Sinta. “Kamu tidak boleh berkata seperti itu kepada Kakak kamu Sinta, Dia seperti itu untuk membiayai kita semua.”ibu memberi nasihat kepada Sinta yang sedang marah kepada Andi.”Tapi dia tidak boleh seperti itu keadaan keluarganya sendiri, harusnya dia lebih mementingkan keluarganya dibandingkan pekerjaannya, dia mementingkan pekerjaan bahkan sampai tidak peduli terhadap hari ulang tahun Ibu yang tinggal dua hari lagi!”marah Sinta. ”Sudahlah Sin, jangan seperti itu, mungkin Kak Andi sedang benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Lebih baik sekarang kita siap-siap untuk pesta ulang tahun Ibu.”kata ayah sambil menasihati Sinta. Lalu mereka sekeluarga pun pergi ke supermarket dekat rumah untuk membeli segala keperluan pesta ulang tahun ibu yang rencananya diadakan secara sederhana. Mereka pun belanja segala keperluan dengan perasaan senang tidak sabar menunggu hari ulang tahun ibunya. Mereka membeli makanan, minuman ringan, dan beberapa kue-kue kecil, dan juga mereka membeli kue ulang tahun yang besar.”Kue ini sepertinya bagus dan enak rasanya beli yang ini saja Bu.”Sinta berpendapat. “Sudahlah jangan beli kue yang mahal seperti itu, buang-buang uang saja, kita rayakan secara sederhana saja, jangan boros-boros lah, Kak Andi susah payah mencari uang masa kita menghambur-hamburkan begitu saja.”ibu memberi nasihat. “Tidak apa-apa Bu, sekali-kali kta harus merayakan karena Tuhan masih memberikan umur panjang kepada kita dan yang paling penting kita merayakan ulang tahun ini dengan niat bersyukur bukan dengan niat berfoya-foya.”ungkap ayah dengan bijaksana. “Benar Bu, kita harus merayakannya, lagipula ini hanya setahun sekali.”tambah Sinta. Akhirnya ibu pun mau membeli kue ulang tahun itu dan setelah itu mereka pulang dengan perasaan yang senang dan penuh rasa syukur.


“Ok Mr.Steve I will call you later about this project, I hope you will accept my contract, Good Afternoon.”kata Andi kepada rekan bisnisnya yang ada di Amerika. “Hari masih siang dan saya masih mempunyai beberapa pekerjaan yang masih harus saya selesaikan mengenai proyek pembangunan stasiun televisi yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Kalau begitu ayo kita ke kantor salah satu rekan saya yang di New York untuk membicarakan tentang segala peralatan yang diperlukan untuk membangun stasiun televisi.”kata Andi kepada asistennya yang ada di sebelahnya waktu itu karena sedang meminta tanda tangan proyek lain lagi, dan kebetulan asistennya itu orang Indonesia. ”Baik Pak, segalanya akan saya siapkan.”jawab asistennya itu. Setelah semua urusan di sana selesai mereka pun pulang ke apartemen masing-masing yang sudah disediakan oleh pihak kantor. Keesokan harinya atau tepat satu hari sebelum hari ulang tahun ibunya, Andi masih saja sibuk dengan bisnisnya itu. “Ayo kita ke Mr.Walter untuk membicarakan mengenai rapat yang belum selesai kemarin.”perintah Andi kepada asistennya. Setelah itu mereka langsung pergi ke tempat yang telah disepakati dan melangsungkan rapat sampai kurang lebih 3 jam. Setelah rapat iitu selesai, mereka langsung pergi ke sebuah gedung pemancar televisi untuk mempelajari bagaimana sebaiknya sebuah stasiun televisi dibuat dan dirancang. Mereka menghabiskan waktu 3 jam lebih untuk mengamati berbagai hal yang ada di stasiun televise itu, maklum saja karena stasiun televisi itu merupakan salah satu yang terbaik di amerika. Setelah dari sana mereka langsung pulang menuju ke apartemen masing-masing, tetapi di tengah perjalanan, ada telepon dari adik asistennya yang mengatakan ibu asistennya itu telah meninggal tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, asistennya itu sangat kaget dan tidak percaya, karena tadi pagi dia masih sempat ngobrol dengan ibunya dan berjanji untuk pulang membelikan oleh-oleh. Asistennya itu pun langsung meminta izin pulang ke Indonesia sore itu juga kepada Andi, dan tentunya Andi mengizinkannya.


Saat tiba di apartemennya Andi teringat segala hal tentang ibunya dulu. Dia berpikir bahwa ibu, ayah dan Sinta telah banyak berkorban baginya, terutama ibunya yang rela berjualan kue keliling setiap hari hanya untuk membiayainya sekolah sampai sarjana, ibunya setiap hari bangun pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00 untuk membuat kue yang pastel, lumpia, risol, yang kemudian akan dijajakan keliling kampong, walau harus menahan rasa lelah dan malu tetapi dia tetap melakukannya dengan ikhlas. Bapaknya juga sangat bersusah payah mencari nafkah dengan keluarganya, Andi masih ingat waktu itu dia masih kelas 3 smp, ayahnya sedang sakit parah dan hari sedang sangat panas, tetapi dia tetap rela menarik becaknya itu untuk mencari uang untuk keluarganya. Sinta juga telah banyak berkorban untuknya, waktu itu Sinta bersusah payah mengumpulkan uang untuk membeli sepeda supaya bisa pergi ke sekolah dengan lebih mudah, maklum saja rumah mereka di kampung, jadi untuk pergi ke sekolah perlu waktu yang lama dan tenaga yang banyak, jadi sepeda itu sangat diperlukan Sinta, tetapi karena pada waktu itu ada buku yang harus dibeli Andi, Sinta merelakan uangnya untuk dipakai oleh Andi dan dia rela tetap berjalan kaki ke sekolahnya yang jauh itu. Dia sangat sedih mengingat semua perlakuannya kepada keluarganya itu, padahal keluarganya sudah sangat banyak berkorban baginya. Dia merasa sangat berdosa karena telah menelantarkan keluarganya hanya karena urusan pekerjaan duniawi, oleh karena itu dia pun berniat untuk mempercepat kepulangannya ke Indonesia yang tadinya seminggu lagi menjadi besok pagi. Saat sedang istirahat dan merenungi semua kesalahannya itu, ada telepon dari Indonesia yang suara penelponnya dikenali oleh Andi, dan itu ternyata adalah Sinta yang sedang menangis. “Kak, Ibu terluka parah karena tertabrak mobil ketika ingin pulang ke rumah dari supermarket sehabis belanja keperluan untuk ulang tahunnya. Hik.hik.hik…. Bagaimana ini Kak? Kakak bisa pulang tidak?”ungkap Sinta kepada Andi melalui telepon dengan penuh kepanikan. “Apa?!?! Lalu bagaimana keadaan Ibu? Apa dia sudah membaik? Bagaiman kata dokter?”tanya andi dengan perasaan yang sangat cemas. Tiba-tiba teleponnya terputus dan ketika Andi mencoba menghubungi lagi sama sekali tidak tesambung. Andi menjadi sangat cemas dan merasa bersalah, dia berpikir bahwa semua itu terjadi karena kesalahannya. Dia seketika itu juga langsung berlari keluar apartemennya dan mengendarai mobil ke bandara untuk pulang ke Indonesia hari itu juga.
Di pesawat, dia sangat khawatir dan sangat cemas, dia takut kalau-kalau terjadi sesuatu kepada ibunya dan apalagi kalau sampai ibunya meninggal. Andi berpikir bahwa dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri kalau sampai ibunya meninggal. Selama di pesawat dia terus-menerus memikirkan ibunya sampai-sampai dia tertidur karena kelelahan. “Kenapa ini? Kenapa semua memakai baju hitam dan terdengar suara tangisan yang sangat menyakitkan telinga?”tanya Andi dalam hatinya. “Kak Andi kenapa terlambat datang! Bahkan sampai ke pemakaman Ibu pun Kakak terlambat datang! Kakak benar-benar tidak punya hati! Sesaat sebelum Ibu pergi, Ibu terus-menerus memanggil nama Kakak, dia sangat rindu kepada Kakak, tetapi datang saja Kakak tidak mau!” seru Sinta sambil menangis terisak-isak di depan batu nisan ibunya. “Maafkan Kakak, Kakak benar-benar menyesal atas semuanya itu, kalau tahu begini saya tidak akan pernah meninggalkan Ibu. Ibu!!!! Hikhikhik…….”teriak Andi sambil menangis sekencang-kencangnya.. Dan tiba-tiba Andi terbangun dari tidurnya, dia sangat senang karena itu semua hanyalah mimpi. Ternyata karena terlalu lelah, dia tak sadar bahwa dia telah tertidur selama 15 jam lebih bahkan sampai pesawat yang ditumpanginya sudah hamper tiba di bandara Soekarno-Hatta. “Bagi semua penumpang, harap mengenakan sabuk keselamatan karena sebentar lagi pesawat akan segera mendarat.”pramugari memberi tahu para penumpang yang ada di pesawat itu.


Seturunnya dari pesawat, Andi langsung naik ke taksi yang sudah menunggu penumpang di depan bandara. Setibanya di depan gang rumahnya, terdapat bendera kuning yang digantung menandakan ada yang meninggal di sekitar komplek itu. Hati Andi semakin cemas saja karena melihat hal itu. Ketika turun di rumahnya Andi melihat rumahnya kosong tanpa ada seorang pun yang menjaga. Andi sangat bingung dan berusaha mencari tahu ke tetangganya dan kemudian tetangganya mengatakan bahwa ibunya kemarin dibawa ke rumah sakit karena tertabrak mobil, tetapi dia kurang tahu benar oleh karena tetangganya itu ada keperluan mendadak yang tidak bisa ditinggalkannya, jadi dia terpaksa pergi meninggalkan ibunya setelah mengantar ke rumah sakit bersama keluarganya. Setelah menanyakan dimana rumah sakit tempat ibunya dirawat, Andi langsung pergi naik taksi tadi menuju ke rumah sakit itu. Setibanya di rumah sakit itu, dia langsung mencari kamar 302 tempat ibunya dirawat yang diketahuinya dari resepsionis rumah sakit itu. Tetapi setelah tiba di ruangan itu, ,dia hanya mendapati ruangan kosong tanpa pasien. Dia sangat kaget, dalam hatinya dia berpikir apakah ibunya telah meninggal sehingga ruangan itu dikosongkan. Dia sangat kebingungan karena semua dokter dan suster yang dia tanyakan tidak tahu dimana ibunya. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari ke semua tempat, dan setelah sangat lelah, dia pun tanpa sadar bilang kepada supir taksi yang dari tadi menemaninya mencari ibunya itu untuk pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah Andi hanya mendapati rumah yang sangat besar, luas, dan juga gelap tanpa satupun penghuni. Andi sudah mulai putus asa, dia hanya duduk di depan teras rumahnya yang sangat besar itu, merenungi nasib keluarganya yang sekarang tidak dia ketahui itu. Sampai suatu ketika ada seorang tetangganya yang mengatakan keluarga Andi mengatakan kepadanya akan pulang ke rumahnya yang dulu di kampung. Andi seketika itu juga langsung naik taksi yang dari tadi masih setia menemaninya itu ke rumah mereka yang dulu yang ada di kampung.


“Ibu, Ayah, Sinta, apa kalian ada di dalam?”teriak Andi sambil masuk ke dalam rumah tua itu. Dia mencari apakah ada orang di rumah itu, dan yang dia dapati hanyalah rumah tua yang kosong. Andi berpikir apakah dia telah dibohongi oleh tetangganya itu atau tidak. Andi sudah sangat putus asa. “Tenang Pak, jangan khawatir, pasti mereka baik-baik saja.”supir taksi tadi mencoba menenangkan Andi yang sedang benar-benar panik. Andi mecoba bertanya kepada semua tetangganya yang ada di sana, tetapi tidak ada yang mengetahui keberadaan keluarganya. “Saya sudah tidak pernah melihat keluargamu Andi sejak kalian semua pindah dari kampung ini ke kota.” kata seorang tetangganya di kampung itu. Andi sudah sangat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. Namun, di saat puncak keputusasaannya, Andi merasa dipanggil oleh seseorang di belakangnya. “Di, kamu sudah pulang rupanya.”Andi sangat kaget mendengar suara itu. Dan sesaat dia sadar bahwa dia sangat mengenali suara itu, dan itu ternyata adalah suara ibunya. Andi bukan main senangnya, dia tidak henti-hentinya meminta maaf kepada ibu, bapak, dan Sinta karena telah tidak peduli kepada mereka dan lebih mementingkan pekerjaannya daripada keluarganya. “Kakak benar-benar meminta maaf kepada kalian semua, karena selama ini Kakak tidak memperhatikan kalian semua dengan baik, saya sibuk dengan pekerjaan saya sendiri, saya benar-benar menyesal, maafkan saya……..”ungkap Andi di depan keluarganya. “Sudahlah Andi jangan dipikirkan lagi, semua sudah Ibu lupakan, kamu tidak perlu merasa bersalah seperti itu.”ibu menanggapi dengan penuh kebijaksanaan. “Iya Andi kamu tidak perlu seperti itu, kami sekeluarga sangat menyayangimu apapun yang terjadi kepadamu.”tambah ayah. “Betul Kak, kami akan tetap sayang kepada Kakak apapun yang Kakak lakukan.”lanjut Sinta. “Terima kasih ya, kalian semua mau memaafkan saya. Ngomong-ngomong apa Ibu sudah sembuh dari sakit, kata Sinta Ibu terluka parah karena tertabrak mobil saat pulang dari supermarket, tadi saya cari ke rumah sakit, Ibu tidak ada”tanya Andi penasaran. “Iya ibumu memang sakit tetapi tidak terlalu parah, Sinta tidak melihat secara langsung jadi dia tidak tahu kejadiannya, waktu itu Ibu terserempet mobil saat ingin menyeberang jalan dengan Bapak, karena Bapak sangat panik, Bapak langsung membawa Ibu ke rumah sakit, dan Sinta langsung menelpon kamu. Dan disaat seperti itu adikmu ceroboh menjatuhkan handphonenya di kolam rumah sakit itu.”bapak mencoba menjelaskan. “Oh begitu ceritanya, dasar kamu Sinta ceroboh sekali, hehehe…”Andi menanggapi. Akhirnya mereka semua masuk ke rumah dan merayakan ulang tahun ibu dengan sederhana namun hikmat. “Ini adalah hari ulang tahun yang paling membahagiakan dalam hidup Ibu.”kata ibu dengan penuh rasa kebahagiaan.


Setahun kemudian stasiun televisi yang Andi bangun sudah selesai dan akan diadakan pengenalan pertama dihadapan umum melalui para wartawan yang sudah diundang. “Tv keluarga ini saya persembahkan kepada keluarga saya yang sangat saya cintai, saya sangat berharap stasiun tv ini bisa mempererat hubungan semua keluarga yang ada di seluruh dunia.”ungkap Andi di pengenalan pertama stasiun tv nya itu. Saat melihat itu, hati keluarga Andi sangat senang dan merasakan bahwa keluarganya telah menjadi sebuah keluarga yang sangat bahagia seperti sebelumnya.






Oleh : SIR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template Design by faris vio